.quickedit{ display:none; }

Sunday, June 19, 2011

Tangisan Yang Akan Menjadi Emas

Today is a reader, tomorrow is a leader

Mungkin ini adalah sebuah cerita yang baru saja aku alami sepanjang hidupku. Bagaimana tidak, yang dulunya aku adalah seorang yang selalu melihat mereka,mengikuti mereka dan mencontoh mereka sekarang berubah. Aku sekarang mulai menjadi orang yang dilihat oleh mereka,yang diikuti oleh mereka dan dicontoh oleh mereka.



Aku dulu melihat mereka
Aku dulu kagum dengan mereka
Aku dulu merasakan wibawa mereka
Aku dulu juga ingin menjadi mereka....
Merekalah para pemimpin mereka....

Tapi kini...
Akulah yang berdiri di depang mereka
Akulah yang ditunggu kini
Untuk menjadi pendorong mereka



Aku adalah santri dari Madrasah Mu'allimin Muhammdiyah Yogyakarta. Saat ini aku akan memasuki tahun kelima di Madrasah. Aku mulai masuk pondok saat aku lulus dari SD. Banyak sekali pengalaman yang aku dapati di sini. Salah satunya adalah ketika aku melihat kakak kelasku menjadi pengurus organisasi. Tetapi, yang sangat membuat diriku kagum adalah ketika aku melihat kakak-kakak IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah, sejenis OSIS), karena ayahku juga alumni Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah .

Dulu, sebelum dan ketika aku masuk Mu'allimin, ayahku sering sekali bercerita tentang IPM. Sampai pada saatnya aku bertemu dengan teman-teman ayahku. Ternyata banyak sekali teman-teman seperjuangan ayahku! (baik di IPM ataupun Muhammadiyah). Dari situlah aku ingin menjadi seperti ayahku.

Semuanya berawal dari ketika aku kelas 1 Tsanawiyah/SMP (siswa baru). Aku melihat kakak-kakak IPM yang menjabat pada saat itu semuanya berwibawa (meskipun sebagian ada yang disenangi ada yang tidak). Yang masih aku ingat adalah ketika pelantikan Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah Madrasah Mu'allimin peride 2007/2008 (saat itu ketua umum yang baru kak Ghufron Mustaqim, beliau sekarang kuliah di HI UGM). Ketika beliau memberikan sambutan, semuanya kagum. Karena beliau menggunakan bahasa inggris dalam berpidato.

Suatu saat, ketika aku naik kelas 2 Tsanawiyah/SMP. aku ditanya oleh salah satu kakak IPM.

"dek, besok dari madrasah ada kebijakkan akan ada IPM Tsanawiyah (karena yang menjabat IPM itu Aliyah/SMA), yang mau daftar nanti habis isya daftar ke kakak aja ya"

Dari situlah aku termotivasi. Karena ga perlu memakan waktu lama (dengan harus menunggu 2 tahun lagi sampai aku kelas 4 Aliyah). Lalu, aku ambil saja langsung kesempatan itu. karena ada pantun yang aku buat


Tidaklah burung bisa terbang
Hendaklah tupai bisa melompat
Tidaklah kesempatan datang
Hendaklah diambil cepat


Langsung saja aku terpilih jadi Staff Departemen Pengkajian Ilmu Pengetahuan yang saat itu kordinatornya Kak Irham Roihan. Dari sanalah aku belajar bagaimana kita berorganisasi, bagaimana kita harus bisa memanage waktu kita,mengorbankan waktu bermain kita dan lain sebagainya.

Berlanjut ketika aku naik ke kelas 4. Aku mendaftar sebagai tim formatur. Tetapi, setelah tes tertulis, terpilihlah 20 orang bakal calon untuk tim formatur. Dari 20 orang itu, mereka menyarankan 3 calom ketua umum. Pada saat itulah aku disarankan untuk menjadi ketua umum (saat masih kelas 4). Akan tetapi, ketika pemilihan suaraku kalah dari Kak Sahran Hadziq yang menajadi ketua umumnya. Saat rapat tim formatur, karena aku sendiri yang jadi formatur dari angkatanku, otomatis aku yang harus berjuang keras dan menjadi perwakilan. Semuanya sebenarnya lancar-lancar saja. Akan tetapi, saat akan menentukan ketua 2, ada dua kandidat yaitu saya dan aufi. Saat itu yang menkadi kekhawatiran adalah, karena suaraku yang ada di asrama teman-teman seangkatan sedikit dan mereka lebih memilih sahran ataupun rastid sidiq.

Berawal dari sanalah aku mencoba untuk mencari jalan bagaimana aku bisa merangkul teman-temanku. Suatu saat di bulan Februari, aku ngobrol-ngobrol aja sama Kak Abi (sesama manta PIP). Dia bilang, "Dli, kalau kamu mau jadi ketua umum besok, kamu harus bisa rangkul teman-temanmu. Kakak tahu kamu dulu sering konflik sama angkatan. Tapi, kalau kamu mendukung suara yang lain, bantu dia jangan ditinggalin."

Nah, pada awalnya aku yakin yang bakal jadi ketua umum adalah temanku Aufi. Akan tetapi, ketika kami kumpul angkatan, aku nggak percaya ternyata mereka juga berharap kepadaku untuk maju jadi ketua umum. Tiba lah saat kami Musawarah Ranting tanggal 13-15 Juni kemarin. Pas diakhir, aku tidak menyangkan bahwa aku terpilih jadi ketua umum. Sebenarnya, aku jgua agak ragu. Karena, pada saat kami kampanye, ada laporan tim suksesku melakukan kecurangan dengan menjatuhkan lawannya (walaupun ini kesalahpahaman). Lalu, aku langsung lapor untuk klarifikasi ke kakak-kakak panitia pemilihan bahwa aku ga tau apa-apa tentang itu.

Lalu, saat pengumuman itulah aku kaget karena yang terpilih adalah adek kelasku, namanya Azhari. Ketika itu, dari panitia pemilihan mengklarifikasi bahwa aku masih diikutkan pemilihan karena, tindakkan itu terlaksana tanpa sepengetahuanku. Di situlah aku menangis karena dari panitia masih memberikan aku kesempatan dan aku juga menangis karena aku tidak bisa memenuhi harapan teman-temanku.

Lalu, selang waktu berjalan. Tiba-tiba dari panitia pemilihan menjelaskan lagi bahwa Azhari tidak siap dan dia menyarankan Aufi jadi ketua umum. Ternyata, Aufipun tidak siap dan ia sebenarnya lebih ingin menjadi kordinator PIP. Karena pada saat itu hanya aku yang menyanggupi. Karena pada saat yang terpisah aku ditanya oleh Kak Mahenda untuk pernyataan siap atau tidaknya. Awalanya aku kira hanya bercanda, karena setiap kali kami bertemu pasti ditanya seperti tiu. Ketika aku ditanya lagi, aku sudah tahu bahwa Aufi memang inginnya jadi kordinator PIP, jadi yang aku pertimbangkan adalah ketika aku menyatakan tidak siap, padahal teman-teman dan anggota yang memilihku saat pemilu sudah percaya padaku. Kalau aku mundur, tandanya aku berkhianat pada kepercayaan mereka. Oleh karena itulah aku menyatakan siap.

Ternyata, dari situlah. Karena hanya aku yang siap, aku yang terpilih menjadi ketua umum yang baru. Walaupun ada rasa senang, tetapi aku menangis karena aku tidak menyangka mereka (para calon ketua umum) juga menitipkan kepercayaannya padaku secara tidak langsung. Aku hanya menangis dan menangis. Tetapi, ketika aku harus maju untuk menghadap kepada anggota, Kak Sahran berpesan, "Jangan menangis di di depan anggota. Ingat, kamu yang akan memimpin mereka".

Kata-kata itulah yang selalu aku ingat.

Dan di akhir acara, kami semua kumpul dan aku hanya berpesan kepada Kakak-Kakak yang kelas 5 untuk tidak meninggalkan aku. Karena, aku masih butuh arahan dan pengalaman dari mereka. Tetapi, yang paling penting adalah, terima kasih kepada Kakak-kakakku yang selama 1 tahun ini membimbingku. Aku juga ingat bahwa Kak Rasyid selalu berpesan besok harus jadi ketua umum, begitupula Kak Fardan (satu PIP dulu).

Yang lebih penting lagi, aku mohon batuan dari kalian semua. Karena aku butuh kalian untuk bisa bergerak bersama.

0 comments:

Post a Comment