.quickedit{ display:none; }

Thursday, December 23, 2010

Sebuah Pesan Dari Desa Tanjung



"Nak, kamu ini masih SMA toh?" Tanya si bapak kepada anak-anaknya.
"Inggih pak." Anak-anak itu menjawab.
"Sekarang kalian belajar yang baik,sungguh-sungguh dan jangan lupa tetap ingat Yang Kuasa. Besok kalau kalian sudah lulus, ubah bangsa ini." Kata bapak tersebut

Ya, itulah pesan dari Bapak Gandung sebagai kepala keluarga di rumah yang mana kami tempati selama 2 hari 3 malam. Beliau adalah seorang TNI, selain itu beliau juga sebagai peternak sapi.

Saya masih ingat apa pesan beliau sebelum kami pamit meninggalkan rumah kediaman beliau (walaupun yang saya tulis adalah dengan bahasa saya sendiri, akan tetapi maknanya tetap saya pertahankan). Ketika itu, kami yang sedang bersiap-siap untuk acara penutupan TKB (Training Kader Bangsa) Angkatan ke-dua langsung dilepas hangat oleh keluarga Bapak Gandung.

Kami meminta maaf kepada keluarga beliau apabila selama 2 hari 3 malam ini dari kami banyak melakukan kesalahan yang disengaja walalupun tidak disengaja.

Selain itu, ada hal menarik lainnya yang saya dapatkan. Yaitu ketika Bapak Gandung bertanya kepada kami, apakah kami merokok? Kami menjawab tidak karena kami memang tidak merokok. Lalu Bapak Gandung memberi kami nasehat "Kalau kalian merokok pada umur remaja seperti ini tidak masalah. Akan tetapi jika kalian tidak merokok sampai sekarang, lanjutkan untuk tidak merokok. Karena rokok membuat diri kita sakit. Walaupun saya juga perokok, tetapi saya tetap berkeinginan untuk berhenti merokok, karena saya tahu apa dampaknya bagi kesehatan saya."

Betapa bijaksananya Bapak Gandung bagi saya terutama dan teman-teman saya. Beliau mengatakan secara jujur bahwa beliau perokok, akan tetapi maksud beliau adalah supaya kita tidak menjadi perokok seperti beliau. Sungguh jarang sekali kami bisa bertemu seorang yang mirip seperti Bapak Gandung.

Monday, December 13, 2010

Sekali Berarti, Setelah Itu "(Bukan Berarti)" Mati

Sekali Berarti, Setelah Itu "(Bukan Berarti)" Mati







Ya, kata-kata itulah yang masih teringat di dalam otakku. Mungkin teman-teman satu sekolahku yang membaca posting ini pasti sudah tahu kapan kalian melihat kata-kata ini. Kata-kata ini adalah tema dalam acara perpisahan kakak kelas 6 kami (angkatan 84/lulusan 2010).

Mungkin sebagian kita menganggap bahwa, ketika kita mati yang kita tinggalkan hanyalah nama. Ternyata kawan, pendapat kita yang seperti itu sangatlah salah. Mengapa? Kakak kelas saya, Kak Hanan dan Kak Cali (Ghazali) pernah mengatakan pada sebuah acara. "Gajah mati boleh meninggalkan gadingnya. Harimau mati boleh meninggalkan taring dan kulitnya. Tetapi manusia mati, bukan meninggalkan nama. Tapi, yang mereka tinggalakan adalah karya."

Beliau berdua ternyata benar. Ketika kita meninggal dan kita telah membuat karya yang benar-benar mengagumkan, maka nama kita akan tetap terkenang di dalam hati setiap orang yang kita tinggalkan. Berbeda dengan hanya meninggalkan nama, ketika kita meninggal dan hanya meninggalakan nama, orang tidak akan tahu siapa kita. Karena, nama seseorang akan selalu melekat pada karyanya.

Ingat Leonardo Da Vinci yang dengan lukisan monalisa-nya, membuat namanya menjadi populer. Ingat pula Thomas Alfa Edison, yang dengan penemuan lampunya namanya tetap terkenang dan tokoh-tokoh ternama karena karya mereka.

So, mari kita berkarya selama kita hidup. Jangan pernah takut untuk berkarya. Karena, dengan karya nama kita akan tetap dikenang. Tetapi ingat, ukirkan karya kita dengan tinta emas (kebaikkan) bukan dengan tinta hitam (keburukkan)

Friday, December 10, 2010

Semoga Langit Tak Terus Menangis



"Dan Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit ‎sebagai atap dan Dia menurunkan air dari langit, lalu Dia menghasilkan ‎dengan air itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian, karena itu ‎janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu ‎mengetahui.‎"
(Al-Baqarah[2] ayat:22)

Ya, langit sepertinya dari kemarin menangis dan meneteskan air matanya ke atas bumi pertiwi. Aku tak tahu mengapa langit terus menangis dari kemarin. Aku masih ingat ketika Kali Winongo meluap. "Kak, Kali Winongo meluap hampir masuk ke rumah warga." kata adek kelasku ketika libur Tahun Baru Hijriyyah di asrama pada malam harinya.

Mungkin terkadang kita sedikit menyayangkan ketika hujan turun ke muka bumi ini. Ada sebagian yang mengatakan jadwal acaranya jadi rusak dan lain sebagainya (walaupun saya juga kadang merasa seperti itu). Tetapi, ingatlah berapa tumbuhan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada para tumbuhan.

Aku hanya berharap, semoga hujan ini adalah hujan yang berkah bagi kita semua. Jangan sampai hujan ini adalah tangisan langit yang melihat bumi pertiwi selalu terisksa oleh perbuatan kita selama ini. Jadikan hujan ini berkah untuk semua makhluk-Nya untuk dapat lebih bersyukur kepada-Nya.

Amin...

Kawan Aku Tak Bermaksud Pelit!


Heemm....

Mungkin menjadi sebuah polemik yang sudah menjadi hal yang biasa terjadi di dalam lingkungan asrama. Yaitu kebersamaan. Mungkin banyak yang mengatakan kebersamaan itu saling berbagi,saling membantu,satu hati satu jiwa dan lain sebagainya. Tetapi, kenapa mulai berbelok arti pengertian dari kata "kebersamaan". Dari kesalahan ini mereka menganggap bahwa kebersamaan adalah "punyamu ya punyaku,punyaku ya punyamu".

Kawan, aku bukannya ingin pelit atau tak ingin berbagi dengan kalian. Tapi, aku hanya hanya khawatir jika kata "kebersamaan" disalah artikan dengan bahwasanya apa yang kita miliki juga harus dipakai bersama-sama. Kalo kita tetap berpegang teguh seperti itu, aku takut nanti di masa depan teman-teman tidak bisa berdiri sendiri. Bolehlah kita saling meminta bantuan,barang atau meminjam. Tetapi, jangan sampai terlalu sering. Jadilah mandiri kawan.

Aku bukannya tidak mengakui kebersamaan. Tetapi, kebersamaan itu ada ketika kita sama-sama senang, saling bant. Bukan ketika kita selalu meminta atau meminjam barang orang lain. So, aku berharap semoga kita bisa lebih mandiri dalam mengatur diri kita sendiri.

SALAM PERDAMAIAN DAN KEBERSAMAAN KAWAN!!

Tuesday, December 7, 2010

Batu Rintangan Akhir Tahun


Huuft...

Sepertinya datang juga saat-a-saat ujian yang bagi sebagian orang adalah hari-hari dimana kita akan disiksa dengan segala lembar yang bersikan soal-soal. Di mana soal tersebut membuat otak mumet. Ya, akupun juga merasakan hal seperti itu. Tetapi, entah kenapa aku malah santai-santai begitupula teman-temanku di asrama.

Mungkin sebagian dari kita mengatakan bahwa ujian itu yang terpenting nilai bagus, dapet ranking 1, dan lain sebagainya. Menurutku salah. Boleh kita mengejar nilai, tetapi ingat! Saat ujian nilai kejujuran kitalah yang akan diuji. Masalah nilai besar atau tidak, semuanya tidaklah masalah. Aku teringat perkataan ayahku saat Ujian Nasional kemarin "An, kalau semisalnya ga lulus UN juga tidak apa-apa, asalkan jujur papa tetap bangga akan usaha aan." Itu perkataan ayahku yang selalu tak ingat.

So bagi kita semua, jangan takut untuk melaksanakan ujian. Baik itu ujian semester dan lain sebagainya. "Junjung tinggi kejujuran tuk menjadi manusia yang mulia!"