.quickedit{ display:none; }

Sunday, June 5, 2011

From Dormitory To Parangtritis With Happiness and Tired

Percayakah anda bahwa sesungguhnya anda bisa melakukan segala sesuatu asalakan anda yakin bahwa anda bisa melakukannya?
Percayakah anda bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin anda lakukan?
Jika anda percaya itu semua, maka saya akan menantang anda semua bahwa “Percayakah Anda Bahwa Kita Bisa Bersepeda Dari Kota Yogyakarta Menuju Pantai Parangtritis?”



Mungkin bagi anda semua ini sangat tidak masuk akal, tetapi saya telah mengalaminya hari ini (Jum’at, 3 mei 2011). Semua berawal dari rencana kami untuk berjalan-jalan (atau mudahnya bersepeda mengitari kota Yogyakarta). Sebelumnya nih, pas hari kamis malamnya saya diajak oleh Habib,Ade dan Azka bahwa Jum’at pagi akan bersepeda mengitari Jogja. Aku setuju dan pagi harinya setelah shalat shubuh, aku langsung siap-siap diri untuk bersepeda (tapi mohon maaf, saya ga make sepeda sendiri, tapi punya ustad saya. Soalnya saya ga bawa sepeda ke asrama).

Singkat cerita, kami berangkat dari asrama jam 6 pagi setelah Habib datang dengan sepeda pixie-nya yang dibawa rumahnya pake mobi (buset dah!!). Awalnya sih teman kami Ade dia belum bawa sepeda karena masih dipegang sama kakaknya yang di Mu’allimat (tetangga kami.. ckckck). Lanjut cerita, akhirnya pukul 6.30 pagi kami semua sudah mengendarai sepeda masing-masing (kecuali aku yang minjem punya ustadku). Berawal dari alun-alun utara kami lanjut ke alun-alun selatan. Setelah itu, kami berjalan entah kemana (karena prinsip kami “jalan kemana aja yang penting kalo ketemu jalan keluar kita bisa balik”). Alhasil, nyasarlah kami ketempat yang bernama Bantul (kalo ga salah di sewon, bantul bahkan sampai lewat Krapyak). Tiba-tiba si Habib bilang “Wah nek ngene ki sisan wae nang omahe Antok”

Ya, kami sebagai yang tidak tahu dan memang tidak tahu mau kemana (karena konsep kami yang sudah saya jelaskan diatas), kami manut aja sama Habib. Singkat cerita (singkat terus nih?), sampailah kami ke tempatnya Antok, sekalian aja aku mompa ban (soalnya sebelum aku berangkat dan diwanti-wanti sama si ustad kalo bannya kempes). Kalo ga salah itu sudah pukul 07.30 pagi. Saat itu juga si Antok langsung nyeletuk. ‘Wani ra nang Paris (Parangtritis) nganggo pit?”

Kami yang ga tau apa-apa ya manut aja. Awalnya tak kira jaraknya dekat. Ternyata diluar dugaan jauhnnya. Kami satu jam dari tempat Antok. Perjalanannya semua hanya lurus,lurus dan lurus begitu saja (walaupun sebelumnya cuman sempet belok kiri sekali diperempatan). Awalnya sih ngeselin ya namanya make sepeda satu jam-an dengan menempuh jarak sekitar 115-20 Km, dan ditambah dengan jalan yang nanjak (tapi banyak turunnya).

Alhasil, kami sudah menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam (kalau tidak salah) dan akhirnya kami sampai juga di Pantai Parangtritis (nama kerennya PARIS), Awalnya tak kira ada apa di sana, ternyata sama saja sih. Tapi sayangnya ga terlalu sejuk (malah panas yang terasa). Yah, kami cuman berhenti selama 1 jam saja plus minum. Akhirnya kami pulang pukul 9 pagii dari Paris. Nah bagian ini yang paling bikin mangkel diri. Kalo tadi kita berangkat banyak turunan, berarti pas kita pulang banyak tanjakannya. Kami berlima harus berhenti beberapa kali untuk istirahat dan minum. Untung aja pas persediaan minum sudah habis, ada warung yang jual Aqua beberapa meter di depan kami (kalo ga ada, mungkin kami tewas kekeringan karena panas banget pas perjalanan pulang).

Akhirnya, kami harus berpisah. Ade,Habib dan Antok harus kami tinggal duluan pas kami lagi istirahat, karena saya sama Azka harus segera sampai di asrama dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi (padahal Jum’atan pukul 11.45). Akhirnya kami jalan berdua. Tetapi karena kaki sudah terlanjur kesal dan capek, kmai cuman bisa mengayuh sepeda tidak secepat saat kami beragkat. Jadi alternatifnya, ketika ada mobil pick-up, kami pegang aja belakangnya (don’t try this at home!).

Alhasil, kami sampai juga di asrama pukul 11 tepat, tapi sebelumnya kami ke warung sebelah asrama untuk beli minum. Lalu aku guyon aja “Ka, besok kita ke Pantai Baron yuk” (hahahaha)

So, terbuktikan. Bahwa semua bisa kita lakukan walaupun itu terkadang terasa sulit. Tetapi semua itu bisa kita lewati bila kita mau menghadapinya dan selalu komitmen.

Jadi, jangan takut untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang jarang dilakukan orang lain sekalipun itu secara akal “tidak masuk akal”.

0 comments:

Post a Comment