.quickedit{ display:none; }

Thursday, May 26, 2011

Masalah Bagaikan Tebing

Assalammu'alaikum...

Halo para pembaca blog setia...
Kali ini mungkin bukan sebuah cerita atau diary, tetapi ini adalah sebuah motivasi dariku yang insya allah bisa memotivasi teman-teman semua.

Teman, kerap kali kita ketika dilanda dengan sebuah masalah kita mengeluh bahwa kita tidak bisa. Akan tetapi, sesungguhnya di dalam diri kita ini sebenarnya yakin bahwa kita bisa melakukan itu. Hanya saja, kita masih takut untuk melakukannya. Sehingga, kita sering kali merasa bahwa kita tidak bisa.

Kawan, ada 3 tipe pendaki gunung yang akan menjadi sebuah perumpamaan bagi kita semua.

Yang pertama adalah, dia adalah seorang pendaki yang mana ketika ia melihat sebuah tebing yang curam ia merasa takut akan gagal. Dan akhirnya ia meninggalkan tebing yang curam tersebut. Artinya apa?

Artinya adalah ia adalah seorang yang mana ketika ia dihadapkan oleh sebuah masalah, ia langsung menganggap bahwa dirinya tidak bisa. Padahal dirinya belum mencoba sama sekali dan akhirnya ia takluk oleh rasa takutnya sendiri. ketika ada masalah, ia tidak mau menghadapinya dan lebih memilih jalan kabur dari masalah tersebut.

Adapun tipe pendaki yang kedua. Yaitu, ketika ia melihat sebuah tebing yang curam, ia hanya berdiam mendirikan tenda di sana tanpa melakukan apapun. Apa artinya?

Artinya adalah, ia adalah seorang yang mana ketika dihadapkan oleh sebuah masalah ia hanya berdiam diri terhadap masalah tersebut. Orang tersebut bisa dikatakan adalah orang yang cuek terhadap masalah yang sedang ia hadapi. Ia tidak melakukan apapun dan ia pun juga tidak lari dari masalah. Ia hanya mengandalkan waktu supaya bisa membawa masalah tersebut larut bersama waktu.

Adapun tipe pendaki yang terakhir. Yaitu, ketika ia menemukan tebing yang curam, ia merasa sangat tertantang. Sehingga, ia berani menaiki dan melewati tebing tersebut dan ia penasaran apa yang akan ia hadapi berikutnya setelah satu tebing ini terlewati. Artinya apa?

Artinya adalah, ia adalah seorang yang mana ketika dihadapkan dengan sebuah masalah, ia merasa "inilah tantangan bagi saya dan saya harus bisa menyelesaikan". Ia jadikan masalah tersebut sebagai sarana untuk pendewasaan dirinya untuk di masa depannya. Ia yakin bahwa tantangan ini tidak akan datang dua kali di dalam hidupnya. Sehingga ia menjadikan dan memanfaatkan masalah ini sebagai sarana untuk pendewasaan dirinya.

Nah kawan, sekarang kita termasuk pendaki yang ke berapakah? Apakah kita termasuk pendaki tipe pertama,tipe kedua,ataukah kita termasuk tipe yang ketiga?\


Ingat kawan, memang yang namanya musibah (atau yang sejenisnya) itu sangatlah sering membuat diri dan hati kita merasa seperti tersiksa. Akan tetapi, sesungguhnya Allah Maha Adil kepada kita semua. Ingat, tidaklah mungkin Allah memberikan kita sebuah ujian yang mana tidak bisa kita hadapi. Sudah jelas di dalam surat Al-Baqarah ayat 286
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): “Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS. 2:286)"

Sudah jelaslah, Allah tidak akan memberikan kita ujian kecuali kita bisa melewatinya. Allah juga berfirman
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. 94:5-6)"

Jelaslah bahwa setiap ujian itu ada jalan keluarnya. Tinggal kita saja yang mau atau tidak keluar dari masalah tersebut. Apakah kita mau menyelesaikannya. Karena, perumpamaan kita adalah sebuah pohon cemara yang mana semakin tinggi pohonnya maka makin kencang pula angin yang menerpanya. Begitu pula dengan kita, yang mana semakin besar ujiannya maka itu adalah bukti semakin berimannya seseorang. Karena, pada dasarnya, ujian itu ada untuk menguji keimanan seseorang.

So, jangan takut lagi ketika kita dihadapi dengan ujian dan cobaan ataupun tantangan. Berdo'alah Allahumma laa sahla, illa maa ja'altahu sahla wa anta taj'alul hasna, idzaa syi'ta sahla..

Semoga Allah selalu membantu kita dalam melaksanakan tugas kita sebagai khalifatul fil ardh..

Wassalammu'alaikum...

0 comments:

Post a Comment