.quickedit{ display:none; }

Wednesday, June 20, 2012

What We Have Today part I

Assalammu'alaikum

Hello guys, kembalu lagi nih dengan bongkahan tulisan yang baru. Sebelumnya, apa kabar kalian semua sekarang dan buat yang baru selesai Ujian Kenaikan Kelas, gimana ujiannya selama satu/dua minggu ini?

Ok, postingan kali sebenarnya sih cuman share aja sih ke pembaca sekalian. Di sini aku akan berbagi tentang beberapa kata-kata mutiara yang kubuat sendiri baik di status FB,Twitter dan media lainnya. Harapanku sih cuman satu, yaitu semoga dengan disharenya tulisan ini kita semua bisa lebih mendapatkan motivasi ketika melakukan apapun. Ga usah lama-lama, kita to the point aja yuk



Nah, kali ini aku mendapatkan kata-kata ini sebenarnya ketika sedang dengerin lagu "Michi To You All", OST. Naruto yang dinyanyikan oleh Aluto (pada kenal ga). Ya, sudah menjadi kebiasaanku sih ketika dengerin lagu yang enak, tiba-tiba aja melintas kata-kata yang mungkin kita bisa aku bagikan.

"Melupakan apa yang telah terjadi di masa lalu bukanlah sebuah masalah bagi kita. Akan tetapi, yang akan menjadi masalah adalah ketika kita sudah membuang masa lalu kita sehingga kita lupa dari mana awal perjalanan kita selama ini."

Kawan, kerap kali kita ketika mengingat masa lalu (terutama masa lalu yang menyakitkan bagi kita), kita sering merasakan sesak di dada karena menyesal atau lain sebagainya. Sehingga kerap kali ketika kita sudah mulai mengingat masa lalu, kita ingin sekali membuangnya dan bahkan melupakannya dan secara tidak langsung akan merubah kepribadian kita di masa yang akan datang. Memang sih, masa lalu yang menyakitkan itu ketika kita ingat-ingat kembali hanya akan menjadi sesak di dada. Akan tetapi, yang menjadi masalah adalah jangan sampai kita membuang masa lalu kita.

Ingatlah kawan, masa lalu itu menjadi sebuah awal ketika kita lupa dari mana kita berasal. Ingatkah kita ketika kita belajar Sejarah di sekolah? Kita yang pada awalnya tidak tahu apa itu Indonesia lama kelamaan kita menjadi tahu masa lalu Indonesia baik masa-masa keemasannya ataupun masa suramnya. Bahkan kita bisa mengetahui bagaimana perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang mana sampai sekarang masih bisa kita nikmati. Sehingga jangan kita ketika banyak orang-orang yang berjasa kepada Indonesia saat ini karena mereka mengerti masa lalu Indonesia baik itu suka ataupun duka.

Itu hanya terjadi ketika kita benar-benar menghayati sejarah/masa lalu. Bayangkan apabila kita tidak pernah belajar sejarah, ataupun ketika kita mempelajarinya kita benar-benar melupakannya? Pastinya kita tidak akan pernah menganggap Indonesia itu ADA! Aku yakin ketika kita ditanyakan oleh orang lain apa itu Indonesia, kita pasti akan mengatakan "Indonesia itu makanan apa?". Itu kalau kita melupakan masa lalu.

Ingat, ketika Sukarno mengatakan JAS MERAH (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah)? Harapan beliau adalah jangan sampai kita melupakan sejarah Indonesia. Karena ketika kita melupakan sejarah/masa lalu, maka kita tidak akan tahu kapan dan di mana kita harus start kembali ketika kita kehilangan arah.

Kawan, kasus di atas serupa dengan kasus yang kita hadapi. Ketika kita sudah benar-benar membuang masa lalu kita sendiri, nantinya kita akan terombang-ambing ketika kita harus memulainya kembali. Apa yang salah dari masa lalu yang menyakitkan? Bukankah masa lalu itu adalah sabuah pelajaran yang harus kita ambil hikmahnya dan dilanjutkan dengan segala perbaikkan dan perubahan ke arah yang lebih baik.

Ketika kita melupakan masa lalu, lantas kita mau berbuat apa? Ketika kita ingin melakukan sesuatu, pastinya masa lalu akan menjadi pengalaman bagi kita semua sehingga akan menjadi pegangan kita ketika akan melakukan sesuatu yang baru di kemudian hari.

Kawan, aku sudah merasakan hal ini lebih dulu. Mungkin ini sedikit egois dan sombong. Dahulu aku suka sekali menulis puisi dan sangat mudah sekali membuat puisi yang menurutku maknanya dalam. Padahal, sejak SD aku tidak pernah suka dengan pelajaran yang membahas puisi. Tiba-tiba, ketika aku SMP aku suka sekali menulis puisi dan bahkan sering kali aku membaca puisi-puisi orang lain dan aku memiliki cita-cita untuk dapat menjadi seperti Taufik Ismail.

Aku dapatkan semangat itu sejak aku berkenalan dengan seorang teman akhwat di Facebook. Ketika itu, kami sering berbagi cerita dan banyak sekali. Ketika aku menulis sebuah puisi di catatan Facebook, ia selalu aku add dan bahkan kami saling bertukar komentar, sampai-sampai aku sempat ada rasa ke akhwat tersebut, Akan tetapi, aku memang belum mau pacaran.

Semua berubah ketika di Facebook aku mengomentari sebuah status yang mana aku comment dengan kata-kataku sendiri. Status tersebut ternyata sebuah lagu dan aku melanjutkan lagu itu tapi dengan bahasaku sendiri. Dari situlah kemungkinan orang tersebut suka terhadap tulisan-tulisanku. Sampai suatu hari, akhwat yang aku senangi itu memberitahuku ada temannya (yang membuat status tadi) yang suka kepadaku.

Ketika kutanya siapa, dia hanya menjawab itu urusan privasi. Sebenarnya aku sudah tahu orang yang ia maksud itu adalah siapa. Tapi, aku belum berani untuk menanyakan langsung kepada orang tersebut. Sampai pada akhirnya aku putuskan untuk langsung menanyakan kepadanya.

Saat itu aku masih ingat hari Jum'at ba'da shalat jum'at aku langsung menuju warnet dan ternyata dia sedang online posisinya. Awalnya sih aku cuman ngobrol biasa aja, tapi ketika sudah agak lama aku langsung tanya ke dia tentang perasaannya. Ya, dia langsung menjawab dengan agak kaget kenapa aku nanya perasaannya kepadaku yang sebenarnya ia hanya memberi tahu kepada akhwat yang sering aku ajak ngobrol tersebut. Dia menyangkan bahwa akhwat tadi membocorkan rahasianya kepadaku, padahal tidak.

Tak lama berselang, akhwat ini online dan langsung bertanya kepadaku apa yang telah aku katakan kepada anak tadi (karena rupanya dia menangis setelah aku nanya seperti itu). Ya aku menjawab apa adanya saja, karena aku ga mau masalahnya bakalan jadi panjang kalau aku tidak mengatakannya dari awal.

Ternyata, apa yang telah aku perbuat membuat hubungan antara akhwat dengan anak tadi semakin jauh. Padahal mereka berdua adalah teman dekat. Di akhir, si akhwat berkata bahwa mulai sekarang aku dengan si akhwat jangan terlalu dekat lagi (malah menurutku sepertinya dia marah dan ga mau lagi ngobrol lagi). Dari sinilah aku merasa bersalah atas masalah tersebut. Sampai-sampai rasanya seperti dihantam palu saat itu.

Dari situlah aku merasa, sebenarnya aku membuat puisi ini untuk siapa dan karena apa? Setelah kupikirkan,  ternyata aku menulis puisi hanya karena dirinya, bukan lain. Dari situlah ketika aku ingin menulis puisi, rasanya seperti teringat ke masa lalu dan dari situlah aku mulai menyatakan berhenti menulis puisi.

Tapi, ternyata itu salah. Sampai saat ini aku oleh ibuku dimasukan ke dalam sebuah grup menulis yang bernama Forum Aktif Menulis dan aku sudah mulai menjadi anggotanya. Akan tetapi, perasaan itu masih saja muncul ketika aku ingin menulis. Dan sampai sekarang aku masih belum menemukan jawaban bagaimana caranya supaya aku bisa melupakan hal itu. AKU INGIN BEBAS DARI BEBAN YANG MENGEKANGKU. Tapi, BAGAIMANA CARANYA?

Sekarang, aku sedang mencoba untuk menulis puisi kembali, tapi aku tidak ingin ingatan tersebut kembali lagi ketika aku menulis puisi. Aku hanya ingin jangan sampai karena masa laluku, aku berhenti menulis.

Kawan, mungkin itu adalah sepengggal kisah pengalamanku yang mungkin bisa aku bagikan kepada kalian. Pada intinya adalah, jangan sampai sebuah masa lalu yang menyakitkkan membuat kita melupakan segala sesuatu yang telah kita lakukan di dalam hidup kita. Ambillah positifnya dan buang negatifnya..

Are You Ready To Change? Yes We Believe We Can :D

0 comments:

Post a Comment