.quickedit{ display:none; }

Thursday, April 28, 2011

Semua Tak Seburuk Yang Kukira



Assalammu'alaikum

Hmmm... apa ya...?
Sebenarnya agak bingung juga nih mau posting apa. Oh ya, sesuai judul diatas, aku mau cerita ketika aku kena musibah yaitu tanganku patah.

Jadi awal ceritanya berawal dari main futsal bareng teman-teman kamar. Nah, aku kan biasa jadi kiper (karena dulu aku SD udah biasa jadi kiper kalo main bola). Awalnya kami semua mainnya 2 jam. Tapi, ternyata Allah berkehendak lain. Kenapa? karena baru saja main 1 jam, tanganku harus patah ketika ketendang sama temen. Jadi pas tendangan penalti, bolanya berhasil aku tahan dan secara automatis bolanya jadi liar. Nah, pas aku mau ngambil bola itu, posisi tangan terbuka (posisi yang riskan bagi kiper karena bisa patah tangannya). Nah saat itupula bolanya ditendang sama temanku dan langsung kena tangan. Spontan, tanganku mental. Tak kira tanganku terkilir, ternyata pas aku bangun tanganku patah (dan aku ga bakal memberitahu kalian gimana posisinya). Langsung aja aku dibawa ke rumah sakit PKU.

Setelah aku di sana, kata dokter aku harus operasi. Operasinya ternyata esok harinya jam 10 pagi. Ya sudah, mau ga mau ya aku harus operasi. Setelah operasi, alhamdulillah aku langsung terapi dan cuman 5 hari rawat inap di PKU.

Nah selama 3 minggu ini (sebelum gipsku dilepas), aku merasa bahwa aku seperti orang yang mohon maaf "cacat". Aku sadar ketika aku akan melakukan sesuatu aku pasti dilarang oleh orang tuaku atau bahkan temanku sendiri. Padahal, aku ingin bisa melakukan seperti apa yang mereka lakukan walaupun hanya dengan satu tangan. Pernah suatu ketika, ketika aku kumpul panitia baksos. Aku ikut bungkusin baksosnya (karena pesertanya anak-anak) tapi aku cuman yang bantu buat ngelompokin barang2 sama ngasih selotip. Eh ada temanku yang nyeletuk "Eh adli, kamu ga usah maksain gitu. Kasihan tanganmu." Sontak ya aku agak mangkel. Soalnya aku kok istilahnya kayak ga bisa melakukan apapun. Aku sebenarnya ingin bisa melakukan sesuatu. Jangan sampai aku ada dalam keadaan seperti ini hanya jadi yang menuh-menuhin.

Mulai saat itulah aku sadar, bahwa orang-ornag sekitar kita yang mohon maaf "cacat" sebenarnya mereka ingin bisa memberikan sebuah konstribusi walaupun itu ga besar. Tapi, mereka semua itu ingin dianggap ada dan sama seperti kita.

SO... Hargailah mereka juga sebegaimana mereka menghargai kita juga.

"Setidaknya, aku bisa melakukan sesuatu untuk duniaku (kelompok) walaupun keadaanku seperti ini. Karena aku ingin mereka menganggapku seperti mereka"


1 comments: