Assalammu'alaikum kawan....
Moga-moga aja tetap sehat seperti biasanya dan tetap semangat untuk membaca ya, hehehe
Nah, postingan kali ini tentang naskah cerpen (cerita pendek) yang aku buat beberapa waktu lalu. Sebenarnya niat awalnya, naskahnya mau aku ikutkan lomba cerpen yang diadakan oleh UKKI UNESA (Unit Kegiatan Kerohanian Islam Universitas Negeri Surabaya). Tapi, karena waktuku ga sempat buat ngirim naskahnya, jadi ya udah kelewat deadline deh.
Daripada mubazir, lebih baik aku bagikan saja kepada kawan-kawan sekalian untuk dibaca bersama. So, ini dia naskahnya (jangan lupa kritik dan sarannya ya :D )
*****
Tidak terasa 2 tahun sudah aku memegang kendali atas perusahaan ini setelah aku direkomendasikan oleh Direktur sebelumnya yaitu Pak Diki untuk menggantikan beliau setelah beliau pensiun. Ada banyak pujian yang datang dari para CEO perusahaanku atas kepemimpinanku dalam melaksanakan tugasku sebagai Direktur perusahaan ini. Padahal pada awalnya aku hanya menjadi seorang manager bagian personalia di perusahaanku bekerja di mana aku selalu mengontrol karyawan baik dalam pemberdayaan dan pengembangan kualitas SDM ataupun kegiatan lainnya yang berhubungan dengan SDM kami.
Ketika aku masih menjabat sebagai Manajer Bagian Personalia, banyak sekali tanggapan positif yang diberikan kepadaku. Banyak karyawan yang senang dengan cara kepemimpinanku karena aku selalu mengingatkan mereka bahwa sebenarnya kita semua adalah satu tim dan kita harus saling mengingatkan satu sama lainnya ketika ada salah satu di antara kita yang melakukan kesalahan. Tidak hanya itu, aku membuat sebuah gebrakan yaitu, aku selalu menuliskan mimpi yang ada di dalam benakku yang mana mimpi tersebut aku yakin dapat kita capai bersama dan aku beri nama MaN (Manager Note). Setiap kali aku selesai menulis MaN, selalu aku sebarkan ke e-mail semua karyawan yang berada di bawahku untuk dibaca bersama-sama dan nantinya mereka kupersilahkan untuk mengomentari tulisan tersebut bisa dengan tanggapan positif/negatif ataupun ide-ide kreatif, dan ternyata tulisan tersebut mendapat respon positif dari semua jajaran di perusahaan.
Sejenak, kuambil sebuah foto kenanganku bersama teman-temanku di pondok ketika aku masih sekolah di sana yang aku letakkan selalu di meja kerjaku.
“Wah ga kepikiran ya udah lebih dari 8 tahun setelah kami lulus dari pondok. Si Ali setamat kuliahnya langsung menjadi seorang Manajer di sebuah restoran dekat rumahnya. Salman saat ini sukses membuka usahanya dan sekarang sudah memiliki banyak cabang” pikirku di dalam benakku terus memandangi foto tersebut satu persatu muka-muka kami bersama dengan musyrif (wali siswa di asrama) kami.
Tiba-tiba saja pandanganku berhenti pada satu sosok yang berwajah masih relatif muda dan di foto tersebut berpose dengan gaya yang aneh. Ya, dialah musyrif kami yang bernama Ust Latif yang mana beliau adalah alumni dari sekolah kami. Orangnya ya asik diajak diskusi dan agak edan kalau udah yang namanya canda bareng (maklumlah alumni sendiri jadi kayak kakak kelas ngobrol sama adek kelasnya sendiri). Tapi dari semua itu, ada satu hal yang paling membekas di dalam diri kami semua terlebih lagi di dalam diriku. Yaitu, semangat amar ma’ruf nahi munkar yang selalu ia ajarkan kepada kami semua. Kak Latif selalu mengajarkan kepada kami semua untuk selalu melaksanakan perintah amar ma’ruf nahi munkar yang mana kami harus saling mengingatkan satu sama lain supaya tidak melakukan pelanggaran dan selalu mengajak kepada kebaikkan, sejenak ingatan masa laluku terputar kembali di hadapanku.
*****
Pernah suatu saat ketika salah satu teman kami ketahuan merokok oleh Kak Latif, dia cuman nanya ke anak-anak kamar “Siapa yang melihat teman kalian ini merokok?” Tanya Kak Latif dan kami semua diam.
Setelah menunggu beberapa saat, sebagian dari kamipun maju menghadap Kak Latif yang mana mereka yang menghadap adalah anak-anak yang melihat teman kami merokok. “Ok, jadi kalian yang melihat teman kalian ini merokok. Faris, silahkan kamu tampar teman-temanmu yang lihat kamu merokok tapi ga ngingetin kamu kalau merokok itu melanggar peraturan.” Ucap Kak Latif.
Kamipun kaget dan berdiri membeku, terlebih lagi teman-teman kami yang akan ditampar oleh Faris. Kami sempat berfikir “kok bisa ya yang ngelakuin pelanggaran Faris, kok yang dihukum malah yang melihat Faris merokok” pikir kami terlihat dari raut wajah kami.
Akhirnya, Farispun menampar wajah teman-teman kami yang tidak mengingatkan Faris yang merokok dengan raut wajah terpaksa karena kalau dia tidak menampar teman-temannya, pada akhirnya Kak Latif-lah yang akan menampar mereka, dan kami semua tahu betapa keras dan sakitnya tamparan Kak Latif. Setelah insiden itupun, Kak Latif meninggalkan kamar kami dan kami semua saat itupula penuh rasa marah kepada Kak Latif. Akhirnya kami semuapun sepakat supaya memberontak ke Kak Latif dengan tidak setoran hafalan,cuek kalau diajak ngobrol dan lain sebagainya selama satu minggu.
Belum genap satu minggu, ketika kami sedang ta’lim Ba’da Shalat Maghrib di kamar kami, Kak Latif tidak mengisinya dengan materi seperti biasanya. Kak Latif langsung mengabsen kami satu persatu dan setelah itu map absensipun ditaruh di depannya. Dengan wajah agak datar setelah menghela nafas, Kak Latifpun membuka pembicaraan “Beberapa hari ini setelah insiden kakak main ke kamar kalian, dari kalian semuanya berubah total. Kalian pasti kepikiran kenapa ketika Faris merokok, yang kakak hukum adalah teman-teman kalian yang tidak mengingatkan Faris bahwa merokok itu pelanggaran.” Kamipun langsung sedikit tersentak, karena ternyata Kak Latif bisa menerka apa yang ada di dalam pikiran kami.
“Dek, kakak sekarang akan bercerita sedikit saja. Ketika kakak 2 bulan yang lalu mengikuti kemah komunitas pecinta alam, di sana kakak mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dan sekarang menjadi pedoman kakak.” Kak Latif membuka cerita yang akan ia ceritakan kepada kami semua
“Di kemah tersebut ada yang paling berkesan bagi kakak. Yaitu, semangat amar ma’ruf nahi munkar. Asal kalian tahu, di sana ketika salah satu anggota kelompoknya melakukan kesalahan, yang dihukum bukan yang melakukan kesalahan tersebut. Akan tetapi, yang dihukum adalah teman-teman sekelompoknya. Mereka dihukum karena mereka cuek terhadap teman mereka yang melakukan pelanggaran, seolah-olah itu bukan urusan mereka. Padahal mereka semua satu kelompok, sudah pastilah mereka harus saling menjaga dan saling mengingatkan.”
“Ada kejadian di mana salah satu anggota kelompok kakak yang saat itu dia datang terlambat karena dia kesulitan untuk mengemas barang-barangnya. Ketika sampai di lapangan, ia ditanya tentang kelompoknya oleh panitia. Akhirnya, kelompok kakak yang dipanggil karena teman kakak yang terlambat tadi adalah anggota kelompok kakak. Kamipun langsung dihukum push-up seratus kali karena kami meninggalkan dan tidak mengingatkannya serta membantunya.”
“Ingat dek, Islam itu mengajarkan kita semua untuk selalu beramar ma’ruf nahi munkar. Kalian tak jamin sudah hafal Surah Ali Imran ayat 104. Di ayat tersebut Allah perintahkan kepada kita semua untuk selalu beramar ma’ruf nahi munkar di manapun dan kapanpun kita berada.” Kak Latifpun mengambil nafas sejenak dan melanjutkan pembicaraanya kepada kami semua.
“Lebih-lebih kalian seangkatan sudah mendeklarasikan bahwa kalian ini bukan angkatan, tapi keluarga besar. Sudah semestinya kalau kalian ini sebagai keluarga, teman-teman kalian saat ini sudah bukan menjadi teman lagi, akan tetapi saudara kalian sendiri. Kalian ingatkan materi ta’lim kita seminggu yang lalu yang membahas bahwa Allah memerintahkan kita semua untuk selalu menjaga diri sendiri dan keluarga kita dari segala perbuatan dosa yang menyebabkan kita dan keluarga kita masuk ke dalam neraka?” Tanya Kak Latif dan kamipun serempak mengangguk untuk membenarkan itu.
“Nah, sekarang coba lihat. Di sini ada peraturan bahwa kalian dilarang merokok. Dan kalau kalian merokok, nanti akan kena poin dan akhirnya bisa dikeluarka. Nah tugas kalian yang sudah mendeklarasikan sebagai keluarga adalah, menjaga saudara kalian dari melakukan pelanggar tersebut, ga cuman rokok aja, tapi semua pelanggaran supaya nantinya tidak ada satupun dari keluarga kalian yang dikeluarkan. Kakak tahu kalian dulu ketika kenaikkan kelas, sudah banyak kehilangan saudara-saudara kalian yang terpaksa tidak naik kelas dan akhirnya pindah sekolah. Jangan sampai itu terjadi kembali.” Tutup Kak Latif tentang cerita tersebut.
Kamipun akhirnya paham kenapa kok Kak Latif kemarin menghukum teman-teman kami yang tidak mengingatkan Faris yang sedang merokok. Ternyata semua itu semata-mata supaya kami semua memiliki semangat untuk berdakwah yang kuat dan tidak hanya itu, Kak Latif juga ingin menumbuhkan rasa saling memiliki satu sama lain karena kami ini keluarga. Dan semenjak itulah aku bersama teman-temanku selalu menjunjung tinggi semangat dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang diajarkan oleh Kak Latif.
*****
“Alhamdulillah, sekarang kalian udah mau jadi alumni sekolah ini. Kakak bangga kepada kalian karena selama satu terakhir kalian di sini kakak lihat kalian semangat sekali untuk saling mengingatkan. Kakak harap kalian tetap semangat beramar ma’ruf nahi munkar dimanapun kalian berada.” Kak Latif membuka pembicaraan kami. Saat itu kami sedang berada di Pantai Sundak untuk mengadakan pesta perpisahan. Karena, lusa kami akan diwisuda untuk menjadi alumni sekolah kami.
“Wah kak, kalau aja kemarin Faris ga ketahuan merokok mungkin saya ga bakalan kena tampar tuh sama Faris. Tapi kalau ga ketahuan, kapan lagi kita sadar buat saling amar ma’ruf nahi munkar?” respon temanku bernama Juri sambil cengengesan.
“Dasar anak satu ini. Tapi, berkat kalian juga kakak bisa lebih dewasa dalam mendidik lebih-lebih kalau kakak besok udah nikah.” Jawab Kak Latif dengan guyonan khasnya.
“Wuuu... Udah dapet jodoh belum kak? Kalau udah besok pas akad, kami sekelas diundang dong. Masa yang bahagia kakak sendiri? Hahahahaha.” Respon kawanku Asar dan disambut dengan suara tawa yang menggelegar.
“Lihat tuh, muka Kak Latif merah!.” Teriakku kepada semua teman-temanku setelah melihat respon Kak Latif.
“Wah, ternyata benar tuh udah dapet jodoh. Hahahahaha.” Sambut kami semua, dan Kak Latifpun hanya bisa tertawa lepas bersama kami semua malam itu.
*****
“Pak Andri, sebentar lagi rapat kordinasi dengan seluruh Manajer akan dimulai 10 menit lagi.” Ucap Sekretaris Pribadiku sekaligus menyadarkanku dari lamunanku.
“Wah, Pak Andri lagi nostalgia dengan teman-teman sekelas Pak Andri ya? Maaf nih saya malah mengganggu Pak Andri.” Ucapnya sembari membungkukkan badannya sebagai tandan permohonan maaf.
“Loh, kenapa harus membungkuk segala. Panggil saya Kak Andri saja juga tidak apa-apa kok.” Ucapku sembari tersenyum kepada Sekretaris Pribadiku yang ternyata dia adalah adik kelasku ketika aku masih kuliah.
“Siap Pak Andri, eh salah Kak Andri. Oh ya, semua Manajer sudah berkumpul di ruang rapat.” Ucap Sekretaris Pribadiku dan akupun pergi meninggalkan meja kerjaku dan menuju ruang rapat bersama para Manajer yang ternyata, semua Manajer ada di sana adalah teman-temanku seangkatan dulu yang secara tidak sengaja, ketika aku masih menjabat sebagai Manajer, mereka masih menjabat sebagai Karyawan. Akan tetapi karena semangat amar ma’ruf nahi munkar dan etos kerja mereka, mereka, semua direkomendasikan oleh Manajer mereka masing-masing untuk dipromosikan sebagai Manajer dalam rapat Direksi.
“Waduh, ternyata kawan kita yang satu ini sekarang sudah jadi pemimpin perusahaan ini ya dan sekarang sudah memimpin kita.” Temanku Faris membuka pembicaraan sebelum rapat benar-benar kami mulai
“Kalau seperti ini sih jadinya seperti reuni setelah 8 tahun. Ga nyangka kita bisa bertemu seperti ini.” Sahut Juri.
“Ya semua ini ga mungkin terjadi kalau semisalnya dulu Kak Latif ga ngingetin kita kalau kita harus saling menjaga.” Sambung Asar sambil menunjuk ke arah Faris sambil tertawa, dan semua yang berada di dalam ruanganpun saling tertawa satu sama lain.
“Sudah-sudah, sekarang rapat kita mulai dulu. Sekarang bukan seperti dulu lagi. Sekarang kita sedang menghadapi sebuah agenda yang harus kita selesaikan secara bersama-sama. Masalah dan tantangan yang kita hadapi lebih kompleks sekarang. Ayo kita mulai rapatnya, Assalammu’alaikum wr.wb.” Ucapku supaya waktu yang tersedia tidak terbuang percuma, karena pembahasan saat ini sangat penting. Karena terkait dengan program kami yaitu munumbuhkan semangat amar ma’ruf nahi munkar di lingkungan perusahaan kami.
“Wa’alaikum salam wr.wb. Wah seperti biasanya nih, Pak Adri tetap tegas seperti dulu. Ok ayo kita mulai rapatnya.” Sambut Faris setelah membalas salamku beserta para Manajer yang lain dan akhirnya rapat kordinasi kamipun dimulai dengan semangat dan penuh rasa tanggung jawab.”
0 comments:
Post a Comment