Assalammu'alaikum
Bagaimana nih kabar para pembaca sekalian, semoga sehat selalu dan semakin mantap saja nih selama bekerja. Ok, kali ini aku mau sedikit bercerita bahwa hari ini hari paling mengenaskan yang terjadi di dalam keluarga ke-2 ku (bukan artian sebenarnya) atau angkatanku di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta (mungkin aku nantinya akan bercerita tentang angkatanku juga ya). Ini dia ceritanya
Entah ada angin apa kenapa kok tiba-tiba saja semua teman-teman seangkatanku tiba-tiba termenung ketika saat penerimaan raport. Waktu itu aku sedang tidak berada di madrasah karena masih menjalankan ibadah umrah. Akan tetapi, setiap kali aku buka facebook pasti ada pemberitahuan bahwa ada postingan baru di grup angkatanku. Hampir setiap hari aku buka grup angkatanku, akan tetapi untuk yang saat ini bagaikan petir di siang hari karena ternyata sebagian dari kawan-kawan kami harus tidak bisa melanjutkan perjuangannya bersama kami sampai kami lulus Aliyah/SMA.
Sebelumnya, aku sebenarnya menyadari bahwa sebenarnya angkatanku ketika masih kelas 2 Aliyah kami sering sekali membuat onar baik di asrama ataupun di madrasah (mulai dari yang bolos dan lain sebagainya). Akan tetapi, ketika kami akan memasuki masa-masa ujian kenaikkan kelas, kami semua baru sadar bahwa selama ini kami salah. Kepala Keluarga (Ketua angkatan) kamipun sampai mengatakan bahwa kami semua mulai sekarang harus menemui guru-guru kami untuk minta maaf dan mulai mengisi nilai-nilai harian yang kosong dan tidak lupa meminta maaf kepada orang tua juga. Akan tetapi, apadaya lah kami semua. Tidak semua guru yang mau menerima permintaan kami untuk perkara yang nomor 2 yaitu, minta diberikan kesempatan untuk mengisi nilai harian yang kosong (bagi guru-guru yang disiplin/killer).
Sebenarnya pada awalnya aku juga sempat bingung kenapa pada saat seperti ini baru kita semua sadar bahwa kita salah sampai pada akhirnya aku dan beberapa temanku harus menjadi ujung tombak agar dapat membujuk guru kami agar dapat memberikan kesempatan untuk mengisi nilai harian kami yang kosong (meskipun aku tidak terlalu berkontribusi). Sampai pada akhirnya, haruslah kami semua berjuang dengan yang namanya ujian kenaikkan kelas yang akan menentukan apakah kami semua bisa berjuang bersama-sama di kelas 3 Aliyah.
Ketragisanpun terjadi pada saat kami menerima hasi raport kami sebagai tanda apakah kami naik kelas atau tinggal kelas/naik kelas tapi harus keluar dari Mu'allimin. Di sinilah tangis dan kemurungan melanda kami semua bahkan sampai Kepala Keluarga kami-pun kehilangan semangatnya karena dia tidak tahu harus berbuat apalagi setelah ini semua terjadi. Akan tetapi, untunglah ada teman kami yang bisa membangkitkan semangatnya kembali. Akan tetapi tidak berhenti di saat itu saja, karena adalah 6 orang dari kelas IPS (mereka teman sekelasku) yang ternyata mereka masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki nilai ujian kenaikkan kelasnya agar dapat dinyatakan naik kelas oleh Madrasah. Pertanyaannya adalah, kalau semisal diatara mereka ada yang dinyatakan tidak naik kelas bagaimana? Apa mereka harus menunggu 1 tahun?
Dari kekhawatiran inilah kami (terutama teman-teman kelas IPS) berjuang mati-matian bagaimana caranya supaya ke-6 teman kami ini bisa dinyatakan naik kelas oleh madrasah. Kami semua mulai saling membantu, ada yang mengajarkan materi adapula yang sampai rela meminjamkan bukunya meskipun buku tersebut pada akhirnya harus ia cari kemana-mana agar ketemu kembali supaya dimasukan ke dalam lemarinya. Tiap malam kami bekerja keras bersama sampai kami harus tidur larut malam.
Aku masih ingat ketika salah satu dari ke-6 temanku ini bertanya "Dli, kok susah ya belajarnya. Aku dari tadi ga ngedong-ngedong (ngerti-ngerti) nih sama materinya". Akhirnya akupun hanya bisa memotovasinya kalau belajar itu harus fokus dan kadang aku berikan penjelasan-penjelasan dengan perumpamaan (karena siapa yang tidak khawatir ketika sedang dalam posisi seperti temanku ini?). Tidak hanya itu, aku masih ingat bagaimana ceritanya ketika harus membangunkan shalat shubuh (baik aku yang membangunkan atau musyrif yang membangunkan mereka) bolak-balik supaya bisa shalat berjama'ah dan banyak hal yang kami lakukan.
Akan tetapi, nasib naas menimpa 4 orang diantara 6 orang teman kami tersebut harus dinyatakan TIDAK NAIK. Entah apa yang terjadi siang itu, ketika aku tidur siang salah satu temanku teriak dengan marah karena ia dinyatakan tidak naik kelas (saat itu aku tidak tahu) dan saat itulah ia menangis. Akhirnya, kami mencari informasi tersebut dan hasilnya memang 4 orang diantara 6 orang teman kami harus berhenti dari perjuangan di Mu'allimin. Di sinilah rasanya kehilangan bagi kami anak-anak IPS, terutama aku. Karena 2 diantara mereka berempat adalah kelompok diskusiku selama kami menduduki kelas 3 Aliyah.
Perpisahan dan kehilangan memang sepahit cocoa |
Entahlah, aku tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Sedangkan sang police maker membuat keputusan seperti itu dan kami hanya bisa berjalan. Yah, pada akhirnya pula yang namanya kehilangan memang menjadi suatu yang akan teringat pertama kali dan akan selalu terkenang di hidup kita. Oleh karena itu, aku berpesan "Jagalah orang-orang yang ada disekitar kalian sehingga kalian tidak kehilangan mereka"
Wallahu a'lamu...
Wassalammu'alaikum, Salamku untukmu sobat :')
0 comments:
Post a Comment