Saying I love you
Is not the words I want to hear from you
It’s not that I want you
Not to say, but if you only knew
How easy it would be to show me how you feel
More than words is all you have to do to make it real
Then you wouldn’t have to say that you love me
Cos I’d already know
(Westlife- More Than Words)
“You’ll know it. May Allah will permit us to meet each other again :) Now, i’m leaving you. Let me go and thank you for everything that you have given to me and it’s more than words”
Recieved 27 January 2013, 03.30 am
******
Kubuka pesan yang masuk tadi malam di handphoneku setelah aku tertidur lelap karena, sebelumnya aku bersama teman-temanku harus mempersiapkan acara hari ini hingga jam 2 pagi dan ketika itu pula pesan yang kubuka membuatku sadar bahwa kali ini aku harus kehilangan seseorang lagi yang selalu bersamaku ketika aku senang dan duka.
“Fan, ngapain kok dari tadi murung aja? Ayo bantu-bantu sini. Kita kekurangan orang nih. Jangan mainan hape terus ah.” panggil Ali membuyarkan lamunanku di depan hape-ku.
“Eh, iya iya. Bantu apaan nih?” Tanyaku kaget.
“Nih bantu angkatin kursi yang ada di lobi sekolah. Berat tahu.” Balas Rio.
“Sip dah. Ayo.” Sahutku
Sambil berjalan menuju lobi, aku masih tetap memikirkan kejadian tadi malam. Entah mengapa rasanya kejadian tadi malam membuatku merasakan bahwa waktu menjadi sangat panjang bagi diriku. Karena, mulai hari inilah kami harus berjalan sendirian setelah tadi dini hari kami memutuskan untuk tidak bertemu entah sampai kapan akan tetapi kami sudah berjanji untuk tidak saling melupakan dan kamipun berharap suatu saat nanti kita dapat bertemu kembali.
“...Toh juga kalau semisalnya kamu ga ketemu aku lagi juga kamu ga bakalan kesepian kan. Toh juga nantinya kamu bakalan nemuin orang yang bisa gantiin aku kok :)”
“Kok gitu? Kayak mau perpisahan aja sih?”
“Kupikir begitu.”
“Kenapa? Ada sesuatu yang aneh padamu sekarang Lin?”
“Aku? Ga ada kok. Tenang aja bukan masalah kok. Santai aja.”
“Tapi aku ngerasa ada yang aneh sama kamu sekarang. Is there something wrong with you? Tell me please.”
“Nothing Fan. Believe me please :)”
Ya, percakapanku dengan Lina kemarin sore teringat kembali di benakku. Percakapan yang memulai kejadian tadi malam yang merupakan keputusan besar kita bersama.
******
Lina, ya dengan nama itulah aku memanggilnya. Awalnya kami belum saling mengenal satu sama lain. Kami baru bertemu semenjak kelas 2 SMA karena kami sama-sama berada di dalam Komunitas Debat yang ada di daerah sekitar sekolah kami, hanya saja kami berbeda sekolah.
Dari sanalah aku bertemu dengan Lina dan kamipun sering berkomunikasi lewat facebook,twitter dan juga lewat SMS. Banyak hal yang kami diskusikan dan yang paling sering kami diskusikan adalah tentang debat. Karena, kami berdua sama-sama menjadi president di komunitas debat yang ada di sekolah kami. Banyak sekali yang kami diskusikan mulai saling menyemangati,tukar informasi lomba dan lain sebagainya. Akan tetapi lebih dari itu, kami saling mengisi dan menasehati satu sama lain dan tidak jarang pula kami sering saling bercanda satu sama lainnya. Sehingga tidak heran ketika kami berdua saat ini oleh teman-teman Debat lainnya layaknya lebih dari teman dekat. Dan tidak terasa seiring berjalannya waktu, aku merasa kami semakin dekat dari hari ke hari. Dan ternyata benar, rasanya dekat sekali.
Sampai akhirnya jauh kebelakang sebelum kejadian malam tadi, aku mulai merasakan ada sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya.
“Fan, aku punya pertanyaan untukmu. Tapi tolong jawab jujur ya.”
“Ok. Ada apa Lin?”
“Apa aku begitu penting bagi dirimu?”
“Kenapa? Kok pertanyaanmu tumben seperti itu?”
“Please Fan. Tolong jawab itu”
“Baiklah. Pertama, semua orang yang aku temui selama hidupku adalah orang-orang yang berharga bagiku, begitupula denganmu. Terlebih lagi, selama ini kamu juga sering bantu aku ketika aku ada masalah. ga hanya itu, kamu juga satu-satunya temanku yang mau dan bisa ngajak aku untuk mulai biasain komunikasi make Bahasa Inggris walaupun itu lewat SMS.”
“Thanks Fan.”
“Boleh aku tanya balik ke kamu. Apakah aku begitu penting bagimu?”
“It’s more than words Fan :)”
******
“Kang, gimana nih persiapannya udah selesai belum. Barang-barang masih ada ga yang ketinggalan?” Tanya Faisal
“Insya Allah lengkap, ga ada lagi yang ketinggalan kok” Jawabku
“Ok deh kang. Ayo cabut”
Akhirnya aku bersama Faisal menyusul teman-teman panitia acara perlombaan pelajar se-Kota Yogyakarta untuk mempersiapkan tempat perlombaan tersebut yang dilaksanakan di salah satu sekolah swasta yang ada di daerah Kota Yogyakarta. Meskipun kami berangkat menuju lokasi acara berdua saja, akan tetapi teman-teman yang lain sudah berada di tempat perlombaan dari tadi sore karena acara tersebut akan dilaksanakan besok hari jam 8 pagi. Oleh karena itu, malam ini kami semua akan lembur bersama panitia lokal yang ada di sana. Sambil menikmati perjalanan, tiba-tiba saja hape-ku bergetar dan ternyata ketika kulihat ada pesan masuk dari Lin.
“Hey Fan, lagi ngapain nih?”
“Nih lagi di jalan sama teman. Mau ke tempat perlombaan pelajar buat besok pagi. Ada apa?”
“Yah ga kenapa-kenapa sih. Cuman mau nanya aja.”
“Owalah, tak kira lagi mikirin apa gitu, wkwkwk”
“Ga kali ya. Emangnya mikirin kamu?”
“Mungkin aja kali XD. Udah dulu ya, bentar lagi aku sampai ke lokasi nih. Nanti lagi ya :)”
“Huhuhuhu, dasar”
Akhirnya kumasukkan lagi hape-ku ke dalam kantung jas hitam yang biasa kupakai ketika berpergian kemanapun entah itu acara ataupun hanya sekedar jalan-jalan.
“Kayaknya asik bener nih kang mainan hape-nya?” Celetuk temanku yang dari tadi melihatku memandang hape-ku lewat kaca spion motornya.
“Yaelah, ga ada apa-apa kok. Cuman ada yang sms aja tadi.” Balasku
“Cepetan deh kang, udah telat nih. Pasti yang lainnya udah pada nunggu.” Sambungku cepat. Tidak terasa kami sudah telat 10 menit.
*****
“Hayo yang tadi lagi galau, hehehehe.” Kubuka percakapanku dengan Lin lewat SMS saat waktunya istirahat bagi panitia setelah bekerja keras mempersiapkan temapat meskipun belum semuanya selesai.
“Yee, kata siapa juga yang galau. Emang kamu, hehehe. Eh Fan, kamu ada acara apa sih di sana. Kok rame banget” Balas Lin
“Biasa sama teman-teman daerah bantu-bantu buat nyiapin acara besok pagi. SekLinan juga ngisi waktu libur. Habis bingung libur 5 hari masa cuman makan,tidur,nonton?” balasku
“Begini nih yang udah jadi aktivis daerah. Oh ya, kamu kan udah masuk jadi pimpinan kan?” Tanya Lin.
“Belum ya. Aku masih komunitas kok.” Balasku
“Ya tapi sama aja kali kan. Lagipula kamu kan calon kuat buat masuk pimpinan daerah” Balas Lin dan aku hanya tersenyum membacanya karena aku juga ga tau apa besok aku dipercayai untuk jadi salah satu dari pimpinan daerah atau bukan.
“Wah, ga tau juga deh. Loh kamu kenapa ga coba ke pimpinan daerah juga. Sepi nih kalau ga ada kamu. Nanti ga ada yang tak kerjain deh XD” Balasku
“Aku mau aktif di sekitar rumahku aja deh. Toh juga kalau semisalnya kamu ga ketemu aku lagi juga kamu ga bakalan kesepian kan. Toh juga nantinya kamu bakalan nemuin orang yang bisa gantiin aku kok :)” Balas Lin. Tiba-tiba saja perasaanku ga enak. Karena aku bingung kenapa dia bicara “nantinya kamu bakalan menemui orang yang bisa gantiin aku”.
“Kok kamu balesnya gitu? Kayak mau perpisahan aja sih?”
“Kupikir begitu.”
“Kenapa? Ada sesuatu yang aneh padamu sekarang Lin?”
“Aku? Ga ada kok. Tenang aja bukan masalah kok. Santai aja.”
“Tapi aku ngerasa ada yang aneh sama kamu sekarang. Is there something wrong with you? Tell me please.”
“Nothing Fan. Believe me please :)”
“Tapi, hari ini kamu aneh banget menurutku. Tell me please why you said like that Lin”
“It’s more than words Fan.”
Aku hanya terpaku membaca pesan yang ia kirimkan padaku. Entah, aku juga bingung sebenarnya ada apa sampai-sampai pada akhirnya aku merasakan bahwa ada yang aneh pada dirinya. Dan tidak terasa pula adzan Shalat Maghrib-pun berkumandang dan kamipun mengambil wudhu dan shalat berjama’ah
******
“Lin, please tell me. Is there something wrong with you?” Tanyaku kembali sambil mengerjakan pekerjaan panitia yang belum selesai. Akan tetapi, pekerjaannya terasa lebih ringan karena teman-teman panitia lokal sudah ada di tempat dan akhirnya membantu kami semua.
“Nothing Fan. Please believe me.”
“Tapi kamu ga seperti biasanya. Aku penasaran kenapa tadi sore kamu bilang seperti itu?”
“Fan, i hope you can let me go”
“Kenapa? Apa selama ini aku punya salah yang buat kamu merasa tersakiti?”
“Ga Fan, kamu ga salah sama sekali. Cuman aku takut aja.”
“Kenapa? Kamu takut kenapa? Tell me please.”
“Aku takut kalau aku pas dekat sama orang apalagi lawan jenis, aku akhirnya kebablasan sampai akhirnya aku lupa sama diriku sendiri. Kamu tahu kan kalau aku udah tekad untuk ga pacaran. Tapi aku takutnya kalau kebablasan itu loh. Kamu paham kan? Eh, tapi kamu ga suka aku kan?”
“Jadi karena itu? Kalau menurutku ya kita harus punya batasan-batasan yang kita buat sendiri. Akan tetapi jangan sampai batasan itu yang malah membuat kita terkekang. Kenapa kamu ga bilang dari tadi seperti itu?”
“Aku? Aku suka kamu kok. Tapi ingat suka-ku di sini bukan berarti aku mau pacaran. Aku ya suka kamu karena kamu selama ini banyak banget bantu aku dan lain sebagainya.”
“Trims Fan aku terima itu. So, will you let me go?”
“Kenapa dari tadi kamu selalu bilang will you let me go terus. Kalau karena kamu takut aku tahu itu. Tapi aku mau tanya maksud let me go itu apa?”
“Maksudku, kita beberapa waktu ini ga saling komunikasi dulu. Entah itu facebook,twitter,blogger dan lain sebagainya Fan. Tapi aku bingung Fan sebenarnya apa tindakakku udah benar. Aku cuman mau jaga semuanya Fan”
“Maksudmu, kita ga akan pernah ketemu lagi?”
“Untuk beberapa saat ini dan aku ga tahu kapan berakhirnya. Tapi Fan, aku yakin kok kamu tetap baik-baik saja kalaupun aku pergi. Karena aku yakin kamu pasti suatu saat akan menemukan orang yang dapat menggantikan posisiku.”
“Tapi Lin, kenapa harus seperti ini. Tell me please what wrong with you?”
“It’s more than words Fan. Aku juga bingung sebenarnya tindakanku seperti ini tepat atau ga? Aku cuman mau ngejaga sesuatu yang berharga buatku Fan.”
Entah rasanya malam itu panjang sekali dan akupun tak tahu apa yang harus kulakukan. Masih banyak tanda tanya yang berputar di dalam benakku. Kenapa tiba-tiba saja semua yang sudah ada berubah 180 derajat begitu saja.
Tiba-tiba Lin memintaku untuk melepasnya pergi. Aku bingung kenapa dia berkata seperti itu karena kami hanya teman dekat. Entah seperti apa rasanya, aku bingung apa yang harus kulakukan. Ibarat jalan yang sudah kita buat, tiba-tiba saja harus berhenti. Memang ada terbesit rasa cinta itu di dalam hatiku dan mungkin di hatinya juga dan itu wajar. Tapi, aku sudah bertekad bahwa aku tidak akan pacaran begitupula dengannya.
“Lin, aku ga ada hak sama sekali kok untuk melarangmu memilih seperti itu. Karena, aku juga bukan siapa-siapamu. Aku just your friend Lin. Jadi aku hormati kalau memang itu adalah pilihanmu. Tapi aku harap sebelum kita melakukan ini, aku harap kita dapat berkomunikasi untuk terakhir kalinya malam ini.” Jawabku setelah aku memikirkan apa yang seharusnya kulakukan. Karena, meskipun berat tapi aku tetap tidak memiliki hak untuk melarangnya karena ia bukan hak-ku
“Ya, dan kuharap malam ini akan menjadi malam terindahku :)” balas Lin tak lama kemudian
“Begitupula denganku :)” Balasku.
Akhirnya malam itupula kami habiskan untuk saling bercerita satu sama lain, mengenang keanehan-keanehan dan kenangan-kenangan lucu yang sudah kami lewati bersama. Tak lupa pula untuk saling menyemangati bahwa setelah ini kita harus tetap menjadi yang terbaik. Dan rasanya memang seperti pertemuan terakhir yang mana mungkin setelah ini kami tidak akan bertemu lagi selamanya. Sampai pada akhirnya tidak sadar bahwa ternyata hari telah berganti.
“Fan, keren loh di sini. Bulannya nongol habis tuh bintang cuman ada dua lo :)” Ucap Lin.
“Wah keren tuh :). Oh ya Lin, aku ada permintaan. Tapi tolong dijawab ya.” Ucapku
“Ada apa Fan?” Tanya Lin
“Pertanyaan yang masih sama seperti dulu. Menurutmu aku ini seperti apa dan apa aku ini berharga untukmu?” Tanyaku karena aku ingin mengetahui jawabannya yang selama ini belum aku temui.
“Fan, untuk apa kamu tanyakan itu? It’s more than words” Balas Lin
“Kenapa, setiap kali aku bertanya seperti itu kamu selalu bilang it’s more than words Lin?” Tanyaku
“Fan, aku yakin suatu saat kamu pasti akan menemukan jawabannya. Biarlah kamu yang menemukan jawabannya. Satu hal yang ingin ku katakan padamu, thank you for everythin and it’s more than words. You’ll know it. Trust me please :)”
Lagi-lagi dalam benakku jawabannya yang sama tetap saja muncul. Aku bingung sebenarnya apa yang terjadi padanya. Aku berusaha untuk mengetahuinya, tapi tetap tidak bisa. Dia selalu mengatakan “it’s more than words and you’ll know it”. Sampai pada akhirnya, tiba saatnya untuk mengakhiri semuanya.
“Fan, i just want to say thank you for everything that you have given to me, it’s very nice to meet you. And may we can meet again. Thank you for everything and sorry for all my mistakes to you. I don’t mean to hurt you. And i believe sometime you’ll find someone who can changes my position better than me. And it’s more than words :)” Pesan terakhir yang diucapkan oleh Lin kepadaku.
“Yes Lin, thank you for everything you have given to me too. Sorry for all my mistakes to. And i hope we can meet again sometime. Be strong and one again you are so important for me. Now, i let you go, but could you say goodbye to me please for the last time. Hope i can understand what you mean by saying “it’s more than words” :)” Balasku dan seketika itupula aku terlelap di dalam mimpiku dan aku masih belum menemukan jawaban dari kata “it’s more than words”.
Sampai pada akhirnya ketika aku terbangun untuk Shalat Shubuh, ada pesan masuk dari Lin
“You’ll know it. May Allah will permit us to meet each other again :) Now, i’m leaving you. Let me go and thank you for everything that you have given to me and it’s more than words. Goodbye :)”
Continue