.quickedit{ display:none; }

Saturday, December 22, 2012

Menjadi Dewasa

Assalammu'alaikum 

Gmana nih kabar kawan-kawan sekalian? Semoga tetap sehat selalu ya. Dan buat teman-teman yang udah terima raport nih, Selamat berlibur, dan bagi yang belum ngambil raport, Semoga hasiilnya memuaskan :)

Akhirnya setelah sekian lama menunggu waktu kosong (karena kepakai ujian semester dan bimbingan belajar), aku bisa berbagi lagi nih dengan teman-teman sekalian dengan segalam macam pengalaman dan lain sebagainya. So, check it out

Belakangan ini aku ngobrol sama teman seangkatanku tentang isu yang cukup menarik, yaitu tentang "Dewasa". Banyak orang yang mengatakan bahwa dewasa itu adalah fase setelah kita melewati masa remaja (kurang lebih ketika umur sudah mencapai 18-22 tahun). Tapi ada juga yang bilang kalau dewasa itu adalah proses di mana seseorang bisa mengontrol dirinya sendiri baik secara mental dan emosional. 

Masalahnya sekarang adalah, terkadang dari kita semua tidak pernah sadar bahwa sebenarnya kita semua itu dituntut untuk menjadi dewasa. Kita sering menghindari proses pendewasaan atau bahkan kita men-judge diri kita bahwa kita tidak siap untuk menjadi dewasa karena ini-dan-itu (gampang kagol,atau apalah yang membuat diri kita merasa bahwa belum saatnya untuk dewasa). 

Memang sih ada banyak ilmu yang menjelaskan bagaimana cara kita untuk menjadi dewasa, apa saja yang harus dipersiapkan dan lain sebagainya. Akan tetapi, pertanyaannya sekarang adalah "apakah kita semua sudah siap untuk menjadi seorang yang dewasa".

Kawan, dewasa itu adalah sebuah hasil dari proses pendewasaan kita. Tugas kita sekarang adalah bagaimana kita bisa menjadikan diri kita untuk menjadi dewasa yang sebenarnya dan sesuai dengan apa yang kita dan orang lain inginkan, Memang sih umur menjadi salah satu indikator seseorang untuk dikatakan dewasa. Tetapi, dibalik itu semua ada sebuah "syarat khusus" yang harus kita penuhi untuk menjadi seorang yang dikatakan dewasa itu, yaitu "sudah siapkah kita untuk menjalani proses pendewasaan dan sudah pantaskah kita dikatakan dewasa." Tidak sedikit kita lihat di kehidupan kita beberapa masyarakat yang secara umur sudah dikatakan dewasa, akan tetapi secara psikologis belum dikatakan dewasa karena sikapnya,mentalnya dan lain sebagainya. Sehingga akan muncul pertanyaan "apakah dia sudah menjalankan proses pendewasaan?".

Ada kesalahpahaman di diri kita ketika hanya memandang dewasa pada satu sisi saja seperti umur,fisik dan lain sebagainya dan kesalahpahaman inilah yang membuat kita terkekang dalam melakukan proses pendewasaan. Padahal, indikator seseorang bisa dikatakan dewasa (menurutku) adalah ketika seseoarang itu sudah bisa melakukan "apa yang seharusnya dia lakukan/tidak lakukan". Karena aku percaya bahwa sebenarnya dewasa itu adalah sebuah proses dan pilihan bagi setiap manusia untuk menjalankannya. Dan  juga percaya bahwa dewasa itu tidak hanya berada pada umur/fisik, tapi ada banyak aspek yang bisa kita jadikan patokan untuk menyatakan dewasa seperti: 1) Dewasa dalam berfikri, 2) Dewasa dalam bertindak, 3) Dewasa dalam berbuat, 4) Dewasa dalam berinteraksi dengan orang lain, 5) Dewasa mengurusi dirinya sendiri (mandiri) dan masih banyak lagi. Dan aku juga percaya, setiap orang pasti memiliki kedewasaannya masing-masing dan itu berupa proses.

Tua itu pasti, tapi kalau dewasa....
Kawan, seseorang yang dewasa karena faktor umur/biologis itu adalah hal yang lumrah dan pasti terjadi. Karena tubuh kita akan terus berkembang sampai pada akhirnya kita kembali ke tanah. Sehingga, orang dewasa yang dipandang dari segi umur disebut "tua". Tidak herankan ketika kita memanggil ayah dan ibu kita dengan sebutan orang tua, karena mereka semua dari segi umur dan pengalaman lebih tua daripada kita. Tapi, pernahkan kita mendengar masyarakat memanggil orang tuanya dengan kata "orang dewasa"? Mungkin tidak pernah kawan, karena predikat "dewasa" dalam konteks tadi hanya dapat didapatkan apabila kita sudah melewati proses pendewasaan (psikologis). 

Masalahnya sekarang kan kita kadang bingung, kapan dan di mana kita bisa menjalani proses tersebut. Jawabannya adalah, DI MANA SAJA DAN KAPANPUN. Semua orang akan menjalani proses pendewasaan di mana saja dan kapanpun karena, hidup ini adalah pelajaran. 

Coba bayangkan kawan ketika kita kecil, kita mungkin masih dibiarkan oleh orang tua kita ketika kita menjambak rambut mereka. Akan tetapi, ketika kita menjambak rambut tamu atau orang lain selain orang tua kita, kita pasti ditegur bahwa perbuatan tadi tidak sopan. Dari situlah kita belajar tentang kesopanan,Lanjut lagi ketika kita sudah beranjak dewasa, kita pasti akan berfikir "tidak mungkinlah aku menjambak-jambak rambut orang tuaku seperti bayi lagi karena aku sudah besar." Dari situlah secara tidak langsung kita belajar "apa yang harus dan tidak semestinya kita lakukan" dan secara tidak langsung kita sudah mendewasakan diri kita sendiri.

Contoh lainnya adalah tentang seorang dokter. Seorang dokter meskipun pintar, dia tetap belajar kepada pasiennya. Karena ketika dia memeriksa pasiennya pasti dia akan bertanya tentang keluhan, obat yang sudah digunakan bahkan ketika pasien tersebut harus dirawat inap dia menanyakan proses perawatannya seperti apa. Semua itu dia lakukan demi kesembuhan pasiennya, sehingga ia menjadikan dirinya sebagai murid dari pasien tersebut agar mendapatkan informasi yang akurat tentang pengobatan,perawatan dan lain sebagainya. Begitu pula sang pasien akan belajar bagaimana caranya memberikan informasi yang akurat tentang keluhannya, jangan sampai ia berbohong kepada dokter karena bisa berakibat fatal (nilai kejujuran) dan lain sebagainya. 

Masalahnya, apabila dokter tersebut tidak mau mendengarkan kata pasien dan pasien juga tidak mau mendengarakan apa kata dokter, pada akhirnya si pasien pasti akan meninggal atau setidaknya penyakitnya tidak akan sembuh. Jadi, mau tidak mau dokter dan pasien harus mau saling mengajari satu sama lain.

Kesimpulannya kawan, menjadi dewasa itu pilihan dan menjadi tua itu pasti. Untuk mencapai predikat "dewasa", kita harus menjalani yang namanya proses pendewasaan dan proses pendewasaan itu terjadi di mana-mana tinggal kita siap atau tidak menghadapinya. Dan terakhir, semua orangi itu berhak untuk menjadi dewasa, sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menjadi dewasa,  tinggal diri kita sendiri yang siap atau tidak (seperti yang aku katakan)

Wassalammu'alaikum :) 

Kalkulator Syntax Error


Well kawan, gimana nih kabarnya saat ini? Semoga aja tetap sehat dan semangat serta tetap tersenyum di setiap harinya ya. Akhirnya setelah berdiam diri sekian lama di ... (silahkan ditafsirkan sendiri-sendiri), akhirnya dapat juga inspirasi yang bejubel banyak sekali di otak sampai-sampai otakku mau meledak (alay XD). 

 Ada yang tau kalkulator?, alat hitung mekanik yang biasa dipakai pedagang untuk menghitung total pembayaran yang harus dibayar, atau biasa digunakan oleh teman-teman kita untuk menghitung sebuah deretan angkat dengan rumus-rumusnya. 
Dengan adanya kalkulator, pekerjaan kita bisa terselesaikan sangat cepat atau bahkan lebih cepat daripada seperti biasanya. Ada banyak bermacam-macam merk kalkulator yang disediakan oleh produser-produser seperti, Casio dan lain sebagainya. Tapi, ada yang pernah dengar ga “Kalkulator Syntax Error”? Pasti pada penasaran semua, hehehehe

“Kalkulator Syntax Error”, itulah nama yang kami sematkan kepada semua kalkulator ilmiah (yang ada sin,cos,tan,dll). Istilah “Syntax Error” biasanya muncul di kalkulator ilmiah apabila input data yang kita masukkan ke dalam kalkulator, oleh program kalkulator tidak bisa dibaca (alias salah input) yang menyebabkan kalkulator tidak bisa memproses angka tersebut. Contohnya saja kalau kita masukkan angka 15/0 (lima belas-dibagi-nol), pasti akan muncul tulisan “Syntax Error”. Karena, sudah pasti semua angka yang dibagi “0” pastinya tidak bisa didefinisikan. Logikanya aja, mana ada sesuatu itu dibagi “0” (ya kan)
Syntax Error :)
Nah, awal mula kami menyematkan “Syntax Error” ke kalkulator ilmiah yang kami gunakan bermula ketika kami mengikuti pelajaran Ilmu Falak (Ilmu tentang menghitung pergerakkan benda-benda langit untuk menentukan arah kiblat,awal waktu shalat,dll). Saat itu materi yang kami dapatkan adalah tentang “awal waktu shalat”. Di materi itulah kami diberikan langkah-langkah bagaimana cara menghitung awal waktu shalat dengan benar. Tapi jangan dikira, menghitung awal waktu shalat itu sama seperti menghitung matematika seperti pelajaran di kelas. Karena, ada banyak data-data yang harus kita hitung sin,cos,tan dan lain sebagainya (contohnya menghitung Cos 34O32’45”). Oleh karenanya, kalkulator ilmiah sangat dibutuhkan untuk menghitung angka-angka tersebut.

Yang jadi masalah ketika kami menghitung data-data tersebut adalah, terkadang kami kurang teliti memasukkan angka. Karena, sedikit saja kesalahan akan berakibat fatal pada hasil perhitungan (apalagi kalau sudah diterapkan di kehidupan). Dan salah satu kesalahan yang paling fatal adalah ketika kita sudah memasukkan angka dan ternyata layar di kalkulator bertuliskan “Syntax Error”. Parahnya kalau sudah seperti itu, mau ga mau harus mengulang dari awal (apalagi kalau sudah ngitung susah-susah, hasilnya malah Syntax Error).

Nah dari situlah ketika kami ingin menggunakan kalkulator ilmiah untuk mengerjakan Ilmu Falak, kami selalu bilang “Eh kang, kamu punya kalkulator Syntax Error ga?” dan lain sebagainya (pokoknya ada kata Syntax Error lah,hehehe). Tapi semoga aja kalkulator “Syntax Error” hanya berlaku di mapel Ilmu Falak dan ga kebawa sampai kuliah (kan wagu kalau kuliah bilang ke dosen “Pak kalkulator “Syntax Error” saya rusak, hehehe)